adsense

Selasa, 17 Oktober 2017

Hormon Yang membuat Orang jatuh Cinta


Ternyata dalam proses mencintai ada faktor internal yang membuat kita tanpa sadar jatuh cinta semakin dalam terhadap pasangan. Faktor internal ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dilepaskan tubuh, entah karena distimulasi oleh emosi atau justru hormon-hormon itu sendiri yang mempengaruhi emosi manusia.
Ilmu ini bukan saya pelajari dari artikel atau jurnal-jurnal ilmiah kedokteran, tetapi dari sebuah drama Korea berjudul My Lovely Sam Soon (My Name is Kim Sam Soon). Di drama tersebut seorang tokohnya yang berprofesi sebagai mahasiswa kedokteran di Amerika menjelaskan tahap-tahap hormonal saat orang jatuh cinta – kepada kekasihnya. Saya sendiri cuma geleng-geleng kepala, karena saya tidak tahu sebanyak itu; mungkin harus bertanya dulu ke internis konsulen endokrinologi. Setelah browsing sedikit – sekali lagi saya akui karena otak saya membeku setelah 1,5 tahun jarang membaca artikel-artikel ilmiah berbahasa Inggris, saya menemukan beberapa penjelasan tambahan dari blog dan artikel berita online. Berikut ini uraiannya.
Saat sepasang laki-laki dan perempuan saling mengenal dan tertarik satu sama lain, tubuh masing-masing akan melepaskan hormon Testosteron dan Estrogen. Kedua hormon ini membuat si laki-laki menjadi lebih maskulin dan si perempuan menjadi lebih feminin. Estrogen menyebabkan kelembutan khususnya pada perempuan, sedangkan testosteron bertanggung jawab atas semangat dan libido. Efek kedua hormon ini biasanya jarang lebih dari beberapa minggu atau bulan.
Selanjutnya keduanya mulai merasa cocok dan saling menginginkan, muncul hasrat dan perasaan jatuh cinta. Hormon yang diproduksi terutama adalah Dopamin dan Serotonin. Selain itu ada juga Norepinefrin dan Feromons, bahkan juga Adrenalin. Kelima hormon ini menimbulkan efek yang mirip dengan amfetamin, yaitu menstimulasi pusat rasa bahagia di otak dan mengakibatkan efek samping seperti peningkatan frekuensi denyut jantung, kehilangan nafsu makan dan tidur, serta meningkatkan perasaan antusias dan gembira. Ada penelitian yang menyebutkan tahap ini dapat berlangsung selama 1,5-3 tahun.
Serotonin atau hormon bahagia adalah zat kimia paling penting saat seseorang jatuh cinta. Serotonin mendorong seseorang untuk membangun hubungan cinta yang mendalam. Hormon inilah yang membutakan mata saat jatuh cinta, membuat seseorang menjadi ‘tergila-gila’ dan perilakunya ini sulit dijelaskan dengan akal sehat. Serotonin membawa mood positif, sehingga kadar serotonin yang rendah dapat membuat seseorang menjadi depresi dan emosional.
Dopamin bertanggung jawab untuk reaksi emosi dan mental. Dopamin yang dirilis otak saat seseorang jatuh cinta membuat dirinya menjadi lebih berenergi dan fokus, juga penuh rasa ingin tahu, optimis, dan penuh motivasi. Hal ini berdampak pada keseluruhan gerak tubuh. Tersenyum lebih sering, berdiri lebih tegak dan suara yang lebih tegas, semua ini membuat dirinya menjadi lebih menarik. Dopamin memunculkan rasa bahagia yang berhubungan dengan perasaan antisipasi dan keinginan, juga meningkatkan libido. Efek buruknya, dopamin menimbulkan masalah sulit konsentrasi karena terlalu fokus obsesif terhadap pasangan.
Dopamin, Norepinefrin, dan juga Kortisol yang dilepaskan tubuh saat jatuh cinta mengalihkan aliran darah dari usus sehinga mengakibatkan perasaan mual pada perut, kadang hormon-hormon ini juga menyebabkan rasa sakit kepala.
Kombinasi adrenalin dan norepinefrin mempunyai efek yang paling dapat dirasakan oleh tubuh. Kegelisahan, jantung berdegup kencang atau berdebar-debar terjadi karena tubuh memompa adrenalin. Sirkulasi darah yang meningkat dan karena cenderung menahan napas membuat pipi terlihat kemerahan. Saat jatuh cinta, mata juga akan terlihat lebih besar dan berbinar-binar. Hal ini karena asupan energi yang maksimal dan membuat seseorang yang sedang jatuh cinta tetap terlihat ceria meskipun merasa lelah.
Tahap selanjutnya adalah ketika pasangan tersebut mulai memikirkan sebuah hubungan jangka panjang dan komitmen, seperti menikah dan memiliki anak. Hormon yang paling berpengaruh adalah Oksitosin dan Vasopresin. Oksitosin dilepaskan tidak hanya pada saat melakukan hubungan seksual, tetapi juga pada saat seorang ibu menyusui bayinya. Oksitosinlah yang membangun cinta sejati dan menimbulkan rasa keterikatan yang kuat. Tindakan non-seksual seperti memeluk, menyentuh, dan membelai juga meningkatkan produksi oksitosin yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa cinta, bahagia, tenang, dan nyaman. Sedangkan vasopresin adalah hormon pengendali ikatan jangka panjang pada mamalia.
Jadi, percaya atau tidak, jatuh cinta bukanlah suatu kebetulan. Tubuh memilih sendiri saat bersama siapa ia akan merilis hormon-hormon cinta tersebut. Akal dan pikiran hanya mampu dan berhak memilih jauh sebelum hormon-hormon ini membanjiri aliran darah.
“Bertemu adalah kesempatan.. Mencintai adalah pilihan.. Ketika bertemu seseorang yang membuat kita tertarik, itu bukan pilihan, itu kesempatan.” -Olla Ramlan-
*pic’s taken from http://www.ideachampions.com/heart/archives/quotes/index.shtml
*Follow @raiyaroof via twiter
sumber : https://docgoblog.wordpress.com/2012/03/01/loves-chemistry-hormon-hormon-yang-bikin-orang-cinta-mati/

Jumat, 18 Agustus 2017

Beda Lulusan Sarjana Muda dan Sarjana (D3 dan S1)







Banyak juga masyarakat umum, mahasiswa, hingga pendidik, tidak memahami perbedaan pendidikan dan lulusan antara Program D3 dan S1. Itu dikarenakan ada banyak perguruan tinggi yang menyelenggarakan program D3 dan S1, kemudian menyamakan materi ajar bagi D3 dan S1 tersebut, mereka menetapkan perbedaan lebih pada jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) yang harus ditempuh oleh mahasiswa. Bila D3 harus menempuh studi antara 110 – 120 SKS, dan S1 antara 144 – 160 SKS.
Umumnya program sarjana lebih menitik beratkan pada aspek analitis dengan 40 % praktik dan 60 % Teori. Sedangkan program D3 (Diploma) lebih menitik beratkan pada skill kerja dengan 60 % Praktek dan 40 % Teori. Program diploma mempersiapkan mahasiswanya untuk siap bekerja dan menghasilkan uang dengan keterampilan yang dimiliki, memiliki kualitas kerja (teknis dan praktis) yang bagus, ditambah memiliki aspek analisis dasar yang baik, meski tidak sedalam kemampuan mahasiswa S1.
Dapat dikatakan lulusan Sarjana lebih diarahkan menjadi pemikir, memiliki kemampuan menganalisis masalah, dan mengambil keputusan, mampu melakukan penelitian ilmiah yang memungkinkan menemukannya inovasi baru dalam bidangnya. Secara harfiah lulusan S1 sering juga dikatakan lebih cenderung ke arah loyalitas, image, dan kemampuan kerja dan berfikir mandiri.
Saat ini banyak perguruan tinggi menyelenggarakan program S1 yang menambahkan porsi mata kuliah praktik, atau memberikan tugas tambahan bagi mahasiswanya agar meningkatkan kemampuan/keterampilan dalam hal-hal teknis, ada juga yang menambah kegiatan praktik melalui virtual lab / alat simulasi, ada pula yang membekali mahasiswa dengan program-program sertifikasi (menawarkan atau memberikan materi-materi standar nasional/internasional) didalam atau diluar kurikulum. Sehingga banyak lulusan S1 yang mampu menjadi profesional, bekerja mandiri, dan mampu memimpin tim kerja yang trampil dan profesional (menjadi leader dan manajer).
Meski terkadang individualis atau egois, sering kali lulusan S1 tidak mampu kerja sendiri (mengandalkan tim kerja untuk mencapai hasil maksimal). Banyak lulusan S1 terkadang lebih cenderung mengejar gelar dan “upaya” cepat lulus. Sebagian lain yang memiliki kualitas akademis bagus mengupayakan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi hingga jenjang Doktor.
Suatu dilema jika menemukan lulusan program Diploma atau Sarjana yang bingung mencari kerja, namun juga tidak dapat membuka peluang usaha. Ini merupakan suatu dilema yang mendalam, apakah memang selalu benar semakin tinggi pendidikan yang kita raih, maka kualitas skill kerja kita semakin rendah? Karena pada intinya (menurut kaca mata umum) seseorang dapat dikatakan sukses karena kehidupannya layak di dunia.
Lantas, dengan apa membeli kehidupan yang layak itu? Sebagian membelinya dengan uang, sebagian lagi membayarnya dengan jasa atau hubungan baik (dengan sesama manusia atau sang pencipta) yang telah dibangun sebelumnya. Uang hanya akan didapat secara halal dengan jerih payah kita sendiri yaitu dengan ‘bekerja’ menyediakan tenaga, fikiran, barang atau jasa lainnya.
Jalur pendidikan terbagi menjadi dua, jalur akademis (sarjana) dan jalur profesional (diploma). Menurut beberapa referensi, jalur akademis terdiri dari S0 – S1 – S2 – S3. Strata 0 (non gelar) – Strata 1 (Sarjana) – Strata 2 (Master) – Strata 3 (Doktor), sedangkan jalur profesional terdiri dari D1 (Diploma satu) – D2 (Diploma dua) – D3 (Diploma tiga) –  D4 (Diploma empat) – Sp1 (Spesialis satu) dan Sp2 (spesialis dua).
Program pendidikan D3 mungkin sudah sering kita dengar tapi D1, D2, D4, Sp1 dan Sp2 yang mungkin tidak begitu akrab di telinga masyarakat luas. Bisa dikatakan D1 itu program kuliah satu tahun, D2 dua tahun dan D3 tiga tahun, sedangkan D4 empat tahun. D4 itu setara dengan S1/Sarjana di jalur profesional, sedangkan Sp1 itu setara dengan Master, Sp2 setara dengan Doktor, dan dapat dilihat dari beban SKS yang di tanggung.
Mungkin lebih mudah di contoh kan di bidang kedokteran jalur akademis nya adalah S.Ked (S1), M.Si/MPH (S2), dan Dr (S3), sedang jalur profesional-nya dokter (dr.), spesialis 1 (Sp.A/Sp.B) dan speasialis 2 (Sp.A(K)/sp.B(K)).
Bagi yang memutuskan memilih program diploma atau sarjana, atau perguruan tinggi tempat kuliah, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan, misalnya :
  • Masa studi
  • Akreditasi perguruan tinggi
  • Program studi dan jenis keahlian yang dibutuhkan saat ini (gelar dan sertifikasi)
  • Ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ingin diperoleh
  • Standarisasi mutu pendidikan, layanan administrasi, fasilitas, dan kualitas lulusan
  • Biaya studi dan biaya hidup
  • Relasi yang dapat dibangun
  • Pengalaman yang dapat diperoleh selama mengikuti studi
  • Kualitas materi pendidikan, kualitas serta prestasi dosen dan mahasiswa
  • Dukungan lingkungan perguruan tinggi terhadap proses belajar-mengajar dan peluang untuk meraih prestasi
  • Dukungan perguruan tinggi untuk membantu alumni mencari peluang kerja
  • Dukungan alumni yang sudah berhasil untuk membantu biaya operasional perguruan tinggi, dan bantuan untuk peluang kerja bagi alumni baru. 
Sebagian orang mengibaratkan dan menilai bahwa pendidikan Sarjana seperti pendidikan di SMA sedang Diploma seperti SMK. Ingat !!!! Bahwa kemandirian studi dan proses pengembangan potensi diri saat di perguruan tinggi harus lebih baik dibandingkan dengan saat studi di SMA/SMK dulu.
Sudah mulai memahami kan perbedaan nya ?
Baik kita lanjutkan lagi ke prospek kerja.
Prospek Kerja Sarjana dan Diploma “SAMA”
Karena Sarjana (S1) setara dengan Diploma (D-IV) .
Intermeso: Hanya saja untuk sementara ini karena masih dalam tahap sosialisasi dengan penyetaraan  terutama untuk setaraf nya D4 dan S1, maka belum semua kalangan industri tahu, mungkin masih ada salah satu perusahaan yang belum tahu sama sekali tentang kesetaraan D4 dengan sarjana (S1), sehingga terkadang  disamakan ke level D-III, namun pemerintah akan terus mensosialisasikan-nya dengan memberi pengertian apa itu D4, ke instansi-instansi publik nasional maupun internasional.
Namun perlu diingat sekali lagi  lulusan D4 yang lebih siap kerja dibanding S1 yang sekarang sudah mulai diperhitungkan oleh dunia industri. Optimisme kita bersama, tidak akan lama lagi tenaga profesional seperti Engineer akan lebih banyak diambil dari lulusan D4, karena memang D4 lah yang disiapkan untuk langsung bekerja serta dibekali keterampilan yang lebih daripada S1. Program S1 lebih di arahkan menjadi analisis dan manajemen pengambil keputusan.
Lanjut ke masalah PNS 
Tenang saja, untuk pegawai negeri, jenjang D4 sudah disamakan dengan S1 sehingga pertama masuk langsung sama-sama start di Golongan IIIA. Terakhir, kalau teman-teman di jalur diploma yang ingin memperdalam aspek analisis di bidangnya atau hanya sekedar buat jaga gengsi gelar nama saja, ada kok jalan keluarnya.
Lulusan D3 dapat langsung melanjutkan ke S1. Sedangkan D4 tentu bisa langsung melanjutkan ke jenjang S2, dan sebaiknya melanjutkan ke jenjang S2 profesional seperti misalnya MM/MBA dan DBA untuk bidang ekonomi. Tapi untuk yang sudah terlanjur mengambil gelar sarjana dan merasa bekerja dengan skill terbatas, kalian dapat mencoba meningkatkan skill dengan berlatih mandiri atau mengikuti pelatihan/kursus tambahan. Mencoba bekerja dan terus belajar atau meneruskan ke pendidikan profesi. Tapi memang tidak semua bidang menyediakan pendidikan profesi dan hanya PTN/PTS ber akreditas A dan B sajalah yang dapat melaksanakan-nya. Optimisme kita bersama, di tahun-tahun yang akan datang, akan semakin banyak pendidikan profesi di Indonesia, dan pendidikan-pendidikan berkualitas dari banyak PTN/PTS di seluruh Indonesia. Jika belum ada, kitalah yang mencoba membangunnya untuk meningkatkan potensi SDM lokal di seluruh Indonesia
Jadi … Kamu mau siap Pakai atau siap Kerja atau siap Membuaka Usaha (berwiraswasta)?. Semua kembali pada diri anda sendri, pilihlah sesuai hati nurani dan keinginan anda, semua ini hanya sebatas pemberitahuan (sharing knowledge) saja.

http://melwin-ok.com/beda-lulusan-sarjana-dan-diploma/

Selasa, 03 Januari 2017

Izinkan Saya Berzina dengan Anak Bapak - Kisah Inspirarif Dijamin Terharu!!


Suatu hari sepasang muda-mudi akan pergi untukberjalan-jalan. Setibanya pemuda di rumah orang tua sang gadis untuk menjemputnya.


Gadis: Masuk dulu ya, bertemu sama ayah
Pemuda : Boleh kah?
Gadis: Masuk saja, saya bersiap-siap dulu.

Masuklah sang pemuda melalui pintu utama. Pintu yang siap terbuka mengelu-elukan kedatangan si pemuda.

Pemuda : Assalamualaikum.
Ayah Gadis : waalaikumussalam!

Mendengar lantangnya suara Ayah si gadis, si pemuda kaku membatu. Lantas si gadis menyadarkan pemuda dari lamunan itu. Entah apa yang dipikirkannya.


Gadis : Mari, silahkan duduk
Pemuda : eh.,iyaa

Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, duduklah si Pemuda di kursi yang hampir menghadap Ayah si gadis. Hanya koran yang menjadi ‘sitroh’ antara mereka.
Ayah Gadis : hendak jalan kemana hari ini?
Pemuda : ke Kota saja Pak, dia mau mencari barang katanya. entah barang apa saya tidak tahu.
Ayah Gadis : oh..
Pemuda : . . .

Hampir 5 menit suasana senyap tanpa suara. Dan ibu si gadis keluar dari ruang belakang membawa air dan kue kering. Si Pemuda pun tersenyum manis.

Ibu Gadis : Silahkan diminum dulu nak. Kamu sudah sarapan?
Pemuda : eh, Sudah Bu. Terima kasih.
Ibu Gadis : kamu ini malu-malu segala dengan kami.
Pemuda : saya hanya segan Bu. Hehe
Ayah Gadis : kapan kamu mau mengirim rombongan (lamaran)?
Ibu Gadis : eh, ayah ini?
Pemuda : hmm. Saya belum memiliki banyak uang Pak. Hehe
Ayah Gadis : kamu bawa anak kami kesana-kemari. Apa orang kata nanti?
Pemuda: (sebenarnya Malu dengan orang lain, serta malu dengan Allah). Setiap kami pergi kami selalu naik mobil Pak, tidak pernah berdekatan apalagi sampai bergandeng tangan. Oh iya, bisa saya tanya sedikit Pak?

Ayah Gadis : tentu saja, silahkan!
Pemuda : bapak dan ibu ingin saya menyediakan uang berapa untuk lamaran ini?
Ibu Gadis : kalau bisa Rp.20.000.000,-
Ayah Gadis : ehh, tapi kalau bisa lebih besar dari orang sebelah yang naksir juga sama gadis.
Pemuda : Maaf, Berapa itu Bu?
Ayah Gadis : Rp.40.000.000,- syukur-syukur bisa lebih
Pemuda : (Ya Allah, whhooa.. Rp.40.000.000,- darimana saya dapat uang sebanyak itu, aduh) Besar sekali Pak, apakah tidak bisa lebih sedikit, kita buat acara sederhana saja. Cukup mengudang keluarga, saudara dan tetangga dekat?
Ayah Gadis : itu nasib kamu nak, kamu yang akan menikahi anak kami. Lagipula dialah satu-satunya anak perempuan kami.

Si Pemuda pun hampir hilang akal ketika disebutkan ‘harga’ si gadis itu. Dan si Pemuda mencoba kembali berdiskusi dengan orang tua gadis pujaan hatinya.

Pemuda : Boleh saya bertanya lagi, apakah anak bapak pandai memasak?
Ayah Gadis : hmm,.boro-boro. Bangun tidur saja jam 10 lebih, bukan bangun pagi lagi itu. Habis bangun terus langsung makan siang.
Ibu Gadis : Apa sih ayahnya ini, anaknya mau dijadikan istri, dia malah cerita yang jelek-jelek.
Ayah Gadis : Ibunya pun sama suka terlambat bangun juga.
Ibu Gadis : ih ayah ini!
Pemuda: (bengong) Ehh.. iya cukup pak,
sekarang saya sudah tau. Kalau boleh bertanya lagi, bisa kah dia membaca Qur’an?
Ibu Gadis: bisa sedikit-sedikit kok
Pemuda : belajar dengan maknanya?
Ibu Gadis : mungkin.
Pemuda : hmm.
Ibu Gadis : kenapa?
Pemuda : Oh, tidak apa – apa bu. Pertanyaan terakhir, apakah dia rajin sholat?
Ayah Gadis : Apa maksud kamu tanya semua ini !? Dia kan dekat dengan kamu. Harusnya kamu juga tahu.

Pemuda : Setiap sedang diluar dan saya ajak sholat, dia selalu bilang sedang datang bulan. Sedikit – sedikit datang bulan. Saya jadi bingung, sebenarnya dia bisa sholat tidak.
Ayah dan Ibunya begitu kaget. Dan pada wajahnya begitu kemerahan menahan amarah.
Pemuda : Boleh saya sambung lagi. Dia tak bisa masak, tak bisa sholat, tak bisa mengaji, tak bisa menutup aurat dengan baik. Sebelum dia menjadi istri saya, dosa-dosanya juga akan menjadi dosa bapak dan ibu. Lagipula tak pantas rasanya dia dihargai Rp.40.000.000,-. Kecuali dia hafidz Qur’an 30 juz dalam kepala, pandai menjaga aurat, diri, dan batasan-batasan agamanya. Barulah dengan mahar Rp.100.000.000,-pun saya usahakan untuk membayar.

Tapi jika segala sesuatunya tidak harus dibayar mahal mengapa harus dipaksakan untuk dibayar mahal ? Seperti halnya mahar. Sebab sebaik-baik pernikahan adalah serendah-rendah mahar. Mata ayah si gadis direnung tajam oleh mata ibu si gadis. Keduanya diam tanpa suara.

Sekarang ketiganya menundukkan kepala. Memang sebagian adat menjadikan anak perempuan untuk dijadikan objek pemuas hati menunjukkan kekayaan dan bermegah-megah dengan apa yang ada, terutama pada pernikahan. Adat budaya mengalahkan masalah agama. Para orang tua membiarkan bahkan menginginkan anak perempuan dihias dan dibuat pertunjukkan di muka umum.

Sedangkan pada saat akad telah dilafadz oleh suami, segala dosa anak perempuan sudah mulai ditanggung oleh si suami.

Ayah Gadis : tapi kan, ayah hanya ingin anak ayah merasakan sedikit kemewahan. Hal seperti tu kan hanya terjadi sekali seumur hidup.
Pemuda : Bapak ingin anak bapak merasakan kemewahan?
Ibu Gadis : tentulah kami berdua pun turut gembira.
Pemuda : sungguh demikian ? boleh saya sambung lagi? bapak, ibu.. saya bukanlah siapa – siapa. Sekarang dosa anak Bapak, Bapak juga yang tanggung. Esok lusa setelah akad nikah terus dosa dia saya yang tanggung.

Belum lagi pasti bapak dan ibu ingin kami bersanding lama di pelaminan yang megah, anak Ibu dirias dengan riasan secantik-cantik­nya dengan make up dan baju paling mahal, di hadapan ratusan undangan agar kami terlihat mewah pula. Salain setiap mata yang memandang kami akan mendapat dosa. Apakah begitu penting hal tersebut jika dalam kehidupan sehari-hari kita malah berusaha untuk hidup sesederhana mungkin tanpa berlebih-lebihan.

Ibu si gadis segera mengambil langkah mudah dengan menarik diri dari pembicaraan itu. Si ibu tahu, si pemuda berbicara menggunakan fakta islam. Dan tidak mungkin ibu si gadis dapat melawan kata si pemuda itu.

Ayah Gadis : Kamu mau berbicara mengajari masalah agama di depan kami?
Pemuda : ehh. maaf pak. Bukan saya hendak berbicara / mengajari masalah agama. Tapi itulah hakikat. Terkadang kita terlalu memandang pada adat sampai lupa agama.
Ayah Gadis : sudah lah. Kamu sediakan Rp.40.000.000,- kemudian kita bicarakan lebih lanjut. Kalau tidak ada, kamu tak bisa kimpoi dengan anak ku!
Pemuda : Semakin lama lah hal itu. Mungkin di umur saya 30 atau lebih, saya baru bisa mengumpulkan uang tersebut dan bisa masuk meminang anak
bapak.
Baiklah, .kalau memang bapak berharap tetap demikian, maka ’izinkan saya berzina dengan anak bapak’?

Ayah Gadis : hei! Kamu sudah berlebihan!, kamu jaga baik-baik omongan kamu itu.
Pemuda : dengar dulu penjelasan saya pak. Apa bapak tahu alas an orang berzina dan banyak orang memiliki anak di luar nikah? Sebab salah satunya hal seperti ini lah pak. Selalu saja orang tua perempuan menempatkan puluhan juta rupiah untuk mahar, harus menunggu si pria mempunyai pekerjaan dengan gaji begitu tinggi, sampai pihak pria terpaksa menunda keinginan untuk menikah. Tetapi cinta dan nafsu kalau tidak diwadahi dengan baik, setan yang jadi pihak ketiga untuk menyesatkan manusia.

Terlebih di zaman seperti ini yang cobaan dan kondisinya tidak seperti zaman bapak dan ibu dulu. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas memuaskan nafsu serakah dengan berzina. Pertama memang hal yang ringan-ringan dulu pak, pegang-pegangan tangan, saling memeluk, dan sebagainya. Tapi semakin lama akan menjadi hal berat. Yang berat-berat itu bapak sendiri pun bisa membayangkan.

Ayah Gadis : lantas apa kaitan kamu dengan hendak berzina pula !?
Pemuda : Begini logikanya. Sepertinya yang terjadi dengan anak-anak lainnya. Bapak tidak memberi izin kami menikah sekarang, biar ada berpuluh juta uang dulu baru bisa menikah.

Kami hendak melepaskan nafsu bagaimana pak? setiap harinya kami mengenal lebih dekat dan semakin dewasa. Dia meminta saya menengoknya, semakin cinta saling melepas rasa rindu. Susah pak, itu Nafsu yang diberikan kepada manusia. Sebab itu saya dengan rendah hati meminta izin pada bapak untuk berzina dengan anak bapak. Terlepas apakah yang penting bapak tahu saya dan dia hendak berzina. Sebab rata-rata orang yang berzina itu orang tua tidak tau pak, tidak. Kelihatannya pemuda -pemudi zaman sekarang biasa-biasa saja padahal sebenarnya sudah pernah bahkan sering berzina. Ironisnya banyak orang menganggap hal itu tidak tabu lagi. Berzina bukan saja hal yang ehem-ehem saja. Ada zina-zina ringan, zina mata, zina lidah, zina telinga dll. Tapi sebab hal ringan itu lah yang akan menjadi berat.

Ayah Gadis : hmm. Kamu ini begitu pelik dan memperumit saja. Beruntung kamu bukan orang lain. Kalau orang lain, sudah dari tadi saya angkat parang. Begini nak, Tapi kalau tidak ada uang, bagaimana kamu akan memberi dia makan??
Pemuda : hehe. Bapak. lupakah Bapak dengan apa yang telah Allah pesankan pada kita.
“Dan menikahlah orang-orang bujang (pria dan perempuan) dari kalangan kamu, dan orang-orang yang sholeh dari hamba-hamba kamu, pria dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka. sesungguhnya karunia Allah Maha luas (rahmat dan karunianya), lagi Maha Mengetahui.” (An Nur 32).

Apakah kita tak yakin dengan apa yang Allah janjikan. Bapak dan Ibu juga pernah lah menjadi muda. Masalah datangnya harta, selagi kita terus berusaha itu adalah Rahmat-Nya yang sudah ditakdirkan pada tiap-tiap hamba-Nya. Lagipula pak, kalau makan dan minum itu Insya Allah, saya sanggup untuk memberikannya. Tempat tinggal bisa kita bicarakan lagi. Kalau hal ini bisa menghalangi kami dari melakukan dosa dan sia-sia. Apakah tidak lebih baik disegerakan. Bapak pun tak mau hal-hal tak tidak diinginkan terjadi.

Bapak si Gadis Diam tanpa kata, merenung kata – kata si pemuda, berusaha memikirkan cara untuk mematahkan kata-kata si Pemuda. Dan ayah si gadis mendapat akal.

Ayah Gadis : kamu tahu lah zaman sekarang ni. Kalau mengikuti cara kamu itu. Mungkin kamu tidak suka dengan acara persandingan yang mewah, Bapak bisa terima. Tapi kamu apa bisa menerima apa yang akan orang-orang katakan. Orang akan mengatakan anak aku ‘kecelakaan’ dan terpaksa menikah dengan kamu. Mau ditaruh dimana muka ini.
Pemuda : bagus juga pikiran bapak itu. Kalau ‘kecelakaan’ mana mau saya menikahi anak bapak. Karena akan selamanya menjadi haram, orang yang zina tidak akan pernah menjadi halal sekalipun dengan pernikahan. Kalau bapak memaksa ya sudah. Bisa ikut nikah masal kan bagus juga bisa berhemat tapi tetap ramai.
Ayah Gadis : serius lah nak!
Pemuda : begini pak, sekali lagi rasanya tidak perlu membayar puluhan juta dan mahar yang berlebihan sehingga memaksa diluar kemampuan. Tapi saya tak mengatakan tidak ada walimatul urus. Sedang walimatul urus itu tetap perlu dan disesuaikan dengan kemampuan. itu cara islam. Saya bukan hendak macam-macam dengan bapak. Syariat memang seperti itu. Maha baiknya Allah sebab masih menjaga kita selama ini, tapi hal sepele seperti ini pun kita masih memandang ringan dan kita tak percaya dengan apa yang telah Allah janjikan.
Saya benar-benar minta maaf kalau ada kata-kata saya yang membuat bapak tidak senag terhadap saya. Tidak juga bermaksud tidak takdzim dengan bapak dan ibu. Segalanya kita serahkan pada Allah, kita hanya bisa merencanakan saja.

Azan dzuhur berkumandang, jaraknya tidak sampai 10 rumah dengan rumah si gadis. Si pemuda memohon untuk ke surau dan mengajak bapak si untuk pergi bersama. Namun ajakan ditolak dengan lembut. Lantas sang pemuda memberi salam dan memohon untuk keluar.

Di pinggir jendela tua si gadis melihat si pemuda mengeluarkan kopiah dari sakunya dan segera di pakainya. Lalu masuk mobil dan hilang dari penglihatan si gadis tadi.

Sedang si gadis yang sedari tadi berdiri di balik tirai bersama ibunya meneteskan air mata mendengar curahan kata-kata si pemuda terhadap ayahnya. Kerudung lebar pemberian si pemuda sebagai hadiah padanya yang lalu digenggam erat. Ibu si gadis juga meneteskan air mata melihat pada perilaku anaknya. Segera ibu dan si gadis ke ruang tamu menghadap ayahnya.

Ibu Gadis : Apa yang anak itu katakan benar. Kita ini tak pernah memperhatikan syariat-syariat ringan agama selama ini. Terlalu melihat dunia, adat dan apa kata orang. Padahal mereka tak pernah juga peduli pada kita.
Ayah Gadis : hmm.. entahlah, ayah tak tahu. Begitu keras yang anak itu katakan tadi. Dia berpesan tadi, kamu suruh bersiap, lalu setelah dzuhur dia jemput kamu.
Gadis : sudah tidak ada semangat untuk pergi ayah. Kemudian si gadis menggapai telepon genggamnya dan mengetik pesan.
Si Pemuda yang selesai mengambil wudhu tersenyum saat membaca pesan yang baru saja diterima dari si gadis,
“Andai Allah telah memilih dirimu untukku, aku ridho dan akan terus bersama mu, apapun yang ada pada dirimu dan yang kamu miliki, aku juga akan terus pada agama yang ada padamu. Siang ini ga ada mood untuk keluar, maaf. Minggu depan ayah menyuruh kirim rombongan (lamaran) untuk ke rumah.“


***
Terkadang kisah seperti diatas masih saja sering terjadi. Wahai kalian pemuda dan pemudi yang dirahmati Allah, jika kalian merasa telah mampu dan yakin untuk menikah. maka segerakanlah. Sungguh- sungguh merugi orang yang menunda-nunda terhadap rahmatnya Allah. Silahkan SHARE dan berikan KOMENTAR ya.

https://tausiah-pedia.blogspot.com/2016/09/izinkan-saya-berzina-dengan-anak-bapak.html
Cerita oleh: Salman Al-fasyimy via Facebook

PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN DI MASA PEMULIHAN PANDEMI COVID-19 -Mahasiswa Universitas Nusa Mandiri Jatiwaringin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dala...